Jumat, 19 Desember 2014

Ceris ! Asa itu pasti ada (cerita iseng)



Asa itu pasti ada!

Jam dinding tua yang menempel pada dinding rumah kecil itu menunjukan pukul 04.35 pagi . adzan subuh berkumandang dari rumah allah yang tak jauh dari rumah kecil itu. Anak  laki-laki dan ibunya yang sudah terbangun dari tidur nyenyakpun bersiap untuk menuju rumah allah. Ya , tak pernah anak laki-laki dan ibunya mangkir untuk solat berjamaah dimusholah.
Anak laki-laki yang diberi nama rizki oleh ibunya itu adalah laki-laki kecil berusia 12tahun. Ibunya yang sering disapa bu tuti itupun adalah seorang wanita tukang gorengan yang biasa berkeliling untuk menjual gorengan agar bisa mendapatkan beberapa lembar dan koin rupiah.
Mereka tinggal disebuah rumah kecil tua peninggalan almarhum ayahnya, yaa mereka hanya hidup berdua, berdua tanpa adanya sosok ayah lagi dirumah tua itu. Rizki ingat sekali kejadian 3 tahun lalu yang menimpa ayahnya, ayah rizki mengalami kecelakaan hebat hingga harus kehilangan nyawanya. Sementara rizki yang juga ikut mengalami kecelakan itu tidak mengalami luka sedikitpun.
“Entah mengapa ayah harus secepat itu dipanggil oleh yang maha kuasa, ah mungkin allah begitu sayang pada ayah dan ingin segera ayah untuk cepat bertemu dengannya” kata bu tuti yang menenangkan rizki setiap kali mengingat ayahnya.
Dalam setiap untaian doa yang rizki panjatkan selalu ada nama ayahnya, selalu ada nama ibunya. Yaa rizki memang anak yang soleh tak pernah ia melupakan apalagi dengan sengaja melewatkan solat lima waktu yang wajib dikerjakan oleh umat islam itu.
Matahari mulai menampakkan sinarnya dengan harapan suatu saat nanti rizki dapat bersinar terang seperti matahari yang menyilaukan. Bu tuti sudah siap dengan aneka macam gorengan yang akan dijualnya itu. Rizki siap meraih masa depan rizki siap mengejar asa meski hanya dengan mengandalkan sekotak peralatan semir sepatu. Baginya belajar bukan hanya di sekolah , tapi belajar bisa kita lakukan dimanapun kita berada meskipun itu di dalam lubang semut sekalipun.
“Bu, rizki berangkat ya doain rizki biar dapat rezeki yang banyaaaaak ya bu” doa rizki yang selalu ia minta ke ibunya sebelum ia akan berangkat untuk mengais rupiah.
“Ya nak, ibu selalu doakan rizki yang terbaik. Hati-hati, sekalian kamu bawa beberapa gorengan ini ya mudah-mudahan laku” kata ibunya
“iya ibu, assalamualaikum” ucap rizki sambil mencium tangan ibunya  “walaikumsalam hati-hati” jawab ibunya.
Bu tuti bergegas pergi berkeliling kampung, sekolah dan pasar agar gorengan yang ia jajakan cepat laku terjual. Demi menghidupi anak semata wayangnya itu bu tuti rela bekerja keras untuk membahagiakan anaknya meskipun selama ini kehidupannya masih saja kekurangan. Dan satu hal yang membuat ibu tuti sedih adalah ketika melihat teman-teman rizki pergi ke sekolah untuk menuntut ilmu, rizki malah harus sibuk membantunya mencari uang. Bu tuti ingin sekali rizki bisa bersekolah lagi bisa meraih cita-cita yang rizki inginkan. Air matapun menetes seketika, ketika mengingat hal itu. Bu tuti tak pernah putus asa, ia selalu berusaha agar kelak anaknya bisa bersekolah lagi.
“gorengan, gorengan duaribu 3, duaribu 3” teriak rizki di pinggir jalan dan halte. “dek, beli gorengan nya dong ada apa aja nih?” tanya beberapa mba-mba yang mulai memilih gorengan “banyak mba bakwan tahu pisang ubi dijamin enak murah meriah bisa menunda lapar disaat nunggu angkot mba” sahut rizki dengan semangat. “yaudah nih saya beli 4000 yaa” kata mba-mba dan diikutin oleh beberapa orang lain yang  juga tertarik dengan gorengan yang rizki jual.
“Alhamdulillah gorengannya abis pasti ibu seneng nih” kata rizki ketika selesai berjualan gorengan dan mulai menghitung rupiah yang ia peroleh “sepuluh duabelas empatbelas enambelas ribu alhamdulillah” rizki senang tersenyum lebar. Tapi pekerjaan rizki belum selesai ia harus pergi ketukang penjual koran meskipun sudah jam 8lewat tapi rizki tetap pergi untuk mengambil koran dan menjualnya di pinggir jalan raya. Suasana jalanpun masih macet ya tidak ada salahnya menjual koran kesiangan dikit siapa tau ada secercah harapan disitu. Dengan semangat rizki menjual koran, berkicau-kicau mempromosikan korannya agar orang-orang mau membeli. Alhamdulillah satu dua bahkan enam koran sudah berhasil ia jual biasanya hanya 3 sampai 5 koran saja yang bisa ia jual. Masih ada 4 koran lagi yang harus rizki jual agar ia bisa mendapatkan rezeki yang lebih hari ini. Rizki berkeliling ke terminal halte lampu merah terminal lagi halte lampu merah seperti ia tak kenal lelah. Di halte ada seorang bapak yang sedang menunggu bus minta untuk sepatunya disemir. Dengan semangat dan senang hati rizki meyemir sepatu bapak bertopi itu sampai kinclong. Alhamdulillah meskipu hanya 5ribu yang ia dapatkan dari bapak itu rizki tetap bersyukur.
Sinar matahari sepertinya sudah tak bersahabat lagi, sangat menyengat dikulit laki-laki kecil itu. Koran belum berhasil ia jual habis terpaksa ia harus segera menyetorkan uang penjualan dan mengembalikan sisa koran yang belum dapat ia jual tersebut. “ nih 6ribu yaa” kata sipenjual koran dengan menyodorkan uang bergambar pattimura dan pangeran diponegoro itu. “ya mas makasih yaa” kata anak laki-laki kecil itu.
Perut rizki terasa lapar sekali cacing-cacing diperutnya sudah mulai berdemonstrasi seperti buruh yang menuntut naik gaji. “ah aku pulang dulu deh nanti aku semir sepatu lagi”ucap rizki dalam hati.
“Bu , ibu assalamualaikum bu?”
“Walaikumsalam rizki kok udah pulang?”tanya bu tuti pada anaknya
“iya bu, aku laper. Mau makan di rumah aja biar hemat bu”
Bu tuti menyiapkan makan untuk anak lelaki kebanggannya itu, lalu ia melanjutkan mencuci baju. Selain menjual gorengan bu tuti juga menerima jasa cuci dan setrika pakaian, lumayan buat tambahan rizki biar bisa sekolah lagi katanya.
Bagi mereka berdua pekerjaan apapun akan mereka lakukan yang penting halal. Rizki juga biasa menjadi kuli panggul di pasar, menjadi tukang cuci piring di beberapa rumah makan. Yang penting bisa dapat uang halal untuk beli makan.
Seharusnya, jika masih sekolah rizki sudah kelas 2 SMP tetapi karna keterbatsan biaya rizki tidak bisa melanjutkan sekolah ke tingkat menengah pertama. Meskipun ia tidak lagi bersekolah ia rajin sekali pergi ke rumah temannya untuk belajar bersama. Dengan senang hati temannya mengajarkan rizki agar rizki juga bisa belajar seperti dirinya.
“bu rizki brangkat lagi yaaa “kata rizki “ya hati-hati jangan lupa solat nanti yaa”sahut ibunya.
“ya buuuu....”
“Pak semir pak “ tawar rizki kepada beberapa orang di jalan itu. Dan mereka hanya menggelengkan kepala dengan pelan untuk menandakan bahwa sepatunya tidak sedang ingin disemir.
Allahuakbar allahuakbar....
Adzan dzuhur berkumandang. Rizki bergegas mencari musholah atau masjid terdekat.
Setelah melaksanakan kewajiban dan memanjatkan beberapa doa rizki mulai mencari rezeki kembali. Pada waktu-waktu seperti ini biasanya rizki bertemu dengan teman-temannya yang sedang berjalan pulang ke rumah selepas menuntut ilmu di sekolah. Rasa malu iripun terkadang muncul dihati rizki ah tapi untuk apa ia iri, untuk apa dia malu. Apakah iri dan malu akan mengantarkannya untuk bisa bersekolah lagi? Tentu tidak, hanya dengan berusahalah ia dapat kembali bersekolah seperti teman-temannya.
Teman-temannya tak pernah mengejek rizki bahkan mereka tetap menyapa rizki dan mengajak rizki bermain bola bersama. Ya jika ada waktu rizki pasti ikut bermain, tapi ia terlalu sibuk dengan harapannya saat ini ia terlalu sibuk untuk anak seusianya.
Rizki sudah lelah menawarkan jasa semir sepatu dan sepertinya sudah tidak ada sepatu yang ingin disemir hari ini. Rizki pun bergegas pulang ke rumah lalu ia mandi dan melaksanakan ibadah solat ashar.
Seperti tak betah di rumah setelah menyegarkan jasmani dan rohaninya, rizki mencari rezeki lagi dengan mencuci piring di rumah makan. Biasa nya ia akan diupahi 2bungkus nasi dan satu lembar uang lima ribu. “lumayan buat makan nanti malam” katanya dalam hati.
Selepas solat magrib rizki pergi untuk belajar mengaji dan belajar bersama di rumah temannya. Ibunya tak pernah melarang karna itulah yang anaknya sukai dan memang bermanfaat untuk rizki kelak.
Ibu tuti membaringkan tubuhnya ke atas ranjang, biasanya ibu-ibu lain pada saat seperti ini mengisi waktu istirahat mereka dengan menonton tv, menonton sinetron kesayangannya. Tapi tidak dengan bu tuti mereka memang memiliki tv di rumah tapi mereka jarang sekali menonton tv dengan alasan tak kuat harus membayar listrik dengan mahal jika, digunakan untuk menonton tv. Ya hidup mereka harus serba hemat semenjak kepergian ayah rizki. Mereka harus bisa menghasilkan dan mengatur keuangan keluarga mereka agar mereka bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“assalammualikum bu, rizki pulang” ucap salam rizki kepada ibunya.
“Walaikumsalam yasuda tidur sana kamu pasti cape” suruh ibu.

“bu rizki berangkat, doain ya bu assalamualaikum...”
“walaikumsalam hati-hati” sahut bu tuti
Seperti hari-hari sebelumnya kegiatan mereka berlangsung secara terus menerus dari bangun tidur hingga tidur kembali tak kenal lelah dan pantang menyerah.
Setelah menjual beberapa gorengan ibunya dan menjual koran rizki bekerja lagi untuk menyemir sepatu.
“dek semirin sepatu saya” kata bapak muda yang memakai jas rapi. “ya pak siap” sahut rizki. Dengan semangat dan dengan hati-hati rizki menyemir sepatu yang sebenarnya sudah mengkilap itu.
“kamu kenapa nyemir sepatu kaya gini? Ko ga sekolah?” tanya pria berjas rapi itu.
“oh ya biar saya dapet duit pak, ibu saya belum bisa biayain sekolah saya pak” jawab rizki.
“rumahmu dimana ?”
“di kampung lama belakang situ pak”
“mau kerja di tempat saya ga ?” kata bapak itu menawarkan. “kerja apa pak ? dimana? Saya kan Cuma lulusan SD apa bisa saya bekerja dengan bapak?” tanya rizki
“ya bisa, saya punya home industri. Di sana banyak ko anak-anak yang belum bisa melanjutkan sekolah bekerja di tempat saya.”
“saya mau pak, lumayan juga nanti saya juga jadi punya keahlian” kata rizki dengan antusias
“ya bener, kamu juga bisa sambil melanjutkan sekolah nanti tinggal bagaimana kamu mengatur waktunya saja. Meskipun gajinya ga besar seperti di perusahaan atau home industri lain tapi lumayan saya ingin membantu anak-anak yang putus sekolah seperti kamu” ucap bapak berjas rapi itu.
“wah bapak baik banget saya mau kerja di tempat bapak” rizki tersenyum gembira
“oke besok kamu datang aja ke rumah saya jalan merpati kuning nomer 1 yaa temui saya pak roni”
“oke pak siap saya besok kerumah bapak pasti. Oh iya nih pak sepatunyas udah selesai”
“oh iyaa nih ambil aja kembaliannya makasih ya jangan lupa” kata bapak berjas sambil memberikan uang 50ribu..
“wah banyak amat pak makasih yaa pak. Ibu pasti seneng nih kalo aku nanti bisa sekolah lagi” kata rizki yang berbicara sendiri..
Setelah beberapa pasang sepatu ia semir saatnya ia bergegas pulang untuk solat dan makan. Ia juga sudah tidak sabar ingin menceritakan rezeki yang ia dapatkan hari ini.

“alhamdulillah ibu senang kamu dapet kerja rizki. yauda kamu gausah terlalu cape hari ini biar besok kerjanya semangat “ kata ibu tuti yang senang mendengar cerita rizki
Meskipun esok hari ia harus bekerja di tempat baru tapi ia tetap pergi bekerja di rumah makan agar malam ini ia dan ibunya bisa makan nasi bungkus dari rumah makan itu.


“permisssiii, saya cari pak roni “ tanya rizki pada seorang ibu yang sedang berada di luar rumah itu.
“oh iya silahkan masuk. ayo saya antar” kata ibu itu.
“pah , ni ada yang cari” kata ibu itu yang ternyata adalah istri dari pak roni.
“oh kamu yang nyemir sepatu kemariin yaa.. sini mari saya jelaskan tugas dan apa yang harus kamu kerjakan” sahut pak roni.
Dengan senang dan semangat rizki mendengarkan instruksi dari pak roni, ia mulai mengerjakan beberapa tumpukan alas sendal yang harus di lem. Dengan tekun dan rajin, setiap hari tugas  itulah yang harus roni kerjakan. Ia tak pernah mengeluh ia selalu ingat pada harapannya bahwa ia harus sekolah lagi ia harus meraih cita-cita.
Setiap hari rizki bekerja di rumah industri tersebut dan pada sore hari dia mencuci piring di rumah makan. Hingga setelah beberapa bulan bekerja ia dapat melanjutkan sekolahnya kembali. Ia tidak malu meskipun umurnya sudah jauh dari teman-teman barunya di sekolah tetapi rizki membuktikan bahwa prestasinya mampu jauh di atas kemampuan teman-temannya.
Pengalaman , kerja keras dan doa lah yang membuat rizki kuat yang membuat rizki mampu meraih harapannya untuk bisa bersekolah lagi. Ia percaya bahwa usaha keras tidak akan mengkhianati. Sekarang rizki akan lebih giat belajar dan bekerja agar ia dapat meraih cita-cita agar ia dapat membuat ibunya bangga dan agar ayahnya di surga sana bahagia....


“Untuk kita semua yang masih mempunyai waktu masih mempunyai kesempatan untuk menuntut ilmu, mari kita manfaatkan .. agar kita tidak menyesal di kemudian hari...”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar