Selasa, 12 Agustus 2014

kumpulan puisi karya sastrawan terkenal


Kumpulan puisi karya sastrawan terkenal
Setelah kemarin saya berbagi puisi karya chairil anwar sekarang saya akan berbagi sedikit karya puisi dari sastrawan ternama seperti Taufik Ismail, W.S Rendra, Toto Sudarto Bahtiar. Yuk monggo dibaca-baca ;)
DOA (Taufik Ismail)
Tuhan
Kami telah nista kami dalam dosa bersama
Bertahun membangun kultus ini
Dalam pikiran yang ganda
Dan menutupi hati nurani
Ampunilah kami
Ampunilah Amin
Tuhan
Kami telah terlalu mudah kami
Menggunakan asmaMu
Bertahun di negeri ini semoga
Kau rela menerima kembali
Kami dalam barisanMu
Ampunilah kami
Ampunilah
Amin

KITA ADALAH PEMILIK SAH REPUBLIK INI (Taufik Ismail)
Tidak ada pilihan lain
kita harus
berjalan terus
karena berhenti atau mundur berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran “Duli Tuanku?”
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipikul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus berjalan terus.

SAJAK BULAN MEI 1998 DI INDONESIA (W.S Rendra)
Aku tulis sajak ini di bulan gelap raja-raja
Bangkai-bangkai tergeletak lengket di aspal jalan
Amarah merajalela tanpa alamat
Kelakuan muncul dari sampah kehidupan
Pikiran kusut membentur simpul-simpul ssejarah
O, zaman edan!
O, malam kelam pikiran insan!
Koyak moyak sudah keteduhan tenda kepercayaan
Kitab undang-undang tergeletak di selokan
Kepastian hidup terhuyung-huyung dalam comberan
O, tatawarna fatamorgana kekuasaan!
O, sihir berkilauan dari mahkota raja-raja!
Dari sejak zaman Ibrahim dan Musa
Allah selalu mengingatkan bahwa hukum harus lebih tinggi
dari ketinggian para politisi, raja-raja dan tentara
O, kebingungan yang muncul dari kabut ketakutan!
O, rasa putus asa yang terbentur sangkur!
Berhentilah mencari ratu adil !
Ratu adil itu tidak ada. Ratu adil itu tipu daya!
Apa yang harus kita tegakkan bersama
Adalah hukum adil
Hukum adil adalah bintang pedoman di dalam prahara
Bau anyir darah yang kini memenuhi udara
Menjadi saksi yang akan berkata:
Apabila pemerintah sudah menjarah Daulat rakyat
apabila cukong-cukong sudah menjarah ekonomi bangsa
apabila aparat keamanan sudah menjarah keamanan
maka rakyat yang tertekan akan mencontoh penguasa lalu menjadi penjarah di pasar dan jalan raya
Wahai penguasa dunia yang fana!
Wahai jiwa yang tertenung sihir tahta!
Apakah masih buta dan tuli di dalam hati?
Apakah masih akan menipu diri sendiri?
Apabila saran akal sehat kamu reehkan berarti pintu untuk pikiran –pikiran kalap yang akan muncul dari sudut-sudut gelap telah kamu bukakan!
Cadar kabut duka cita menutup wajah Ibu Pertiwi Airmata mengalir dari sajakku ini.

KENANGAN DAN KESEPIAN (W.S Rendra)
Rumah tua dan pagar batu
Langit di desa
Berkenalan dengan sepi
Pada kejemuan disan darkan dirinya.
Jalanan debu tak berhati
Lewat nasib menatapnya
Cinta yang datang
Burung tak tergenggam
Batang baja waktu lengang
Dari belakang menikam
Rumah tua
dan pagar batu
Kenangan lama
Dan sepi yang syahdu


PAHLAWAN TAK DIKENAL (Toto Sudarto Bahtiar)
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang
Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapang
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang
wajah sunyi setengah tengadah menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku ditengah derap dan suara merdu dia masih sangat muda
Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai rangkaian bung
Tapi yang nampak, wajh-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata: aku sangat muda

KEMERDEKAAN (Toto Sudarto Bahtiar)
Kemerdekaan ialah tanah air dan laut semua suara
Janganlah takut padanya
Kemerdekaan ialah tanah air penyair dan pengembara
Janganlah takut padaku
Kemerdekaan ialah cintaku berkepanjangan jiwa
Bawalah daku kepadanya

GADIS PEMINTA-MINTA (Toto Sudarto Bahtiar)
Setiap kali bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa
Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang kebawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
Gembira dari kemayaan riang
Duniamu yang lebih inggi dari menara katerdal
Melintas-lintas diatas air kotor, tapi yang begitu kau hafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukaku
Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan diatas itu, tak ada yang punya
Dan kotaku, ah kotaku
Hidupnya tak lagi punya tanda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar