Selasa, 12 Agustus 2014

Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar


Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar

AKU
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

DERAI-DERAI CEMARA  (Chairil Anwar)

Cemara menderai sampai jauh
Terasa hari akan menjadi malam
Ada beberapa dahan di tingkap merapuh
Dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
Sudah berapa waktu bukan kanak lagi
Tapi dulu memang ada suatu bahan
Yang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda kekalahan
Tambah terasing dari cinta sekolah rendah
Dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
Sebelum pada akhirnya kita menyerah

DI MASJID  (Chairil Anwar)
Kuseru saja Dia
Sehingga datang juga
Kamipun bermuka-muka
Seterusnya ia bernyala-nyala dalam dada
Segala daya memadakannya
Bersimpah peluh diri yang tak bisa diperkuda
Ini ruang
Gelanggang kami berperang
Binasa membinasa
Satu menista lain gila

DIPONEGORO (Chairil Anwar)
Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan lawan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati

PRAJURIT JAGA MALAM (Chairil Anwar)
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras, bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya kepastian
Ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang berani masuk menemui malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu....
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!
PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNO (Chairil anwar)
Ayo! Bung karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
Dipanggang di atas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tgl.17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat disisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung karno! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatkukapal-kapal kita berlayar
Diuratmu diuratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh

AKU BERADA KEMBALI (Chairil anwar)
Aku berada kembali. Banyak yang asing;
Air mengalir tukar warna, kapal-kapal, elang-elang
Serta mega yang tersandar pada khatulistiwalain;
Rasa laut telah berubah dan kupunya wajah juga disinari matari lain
Hanya
Kelenggangan tinggal tetap saja
Lebih lengang aku di kelok-kelok jalan;
Lebih lengang pula ketika berada antara
Yang mengharap dan yang melepas
Telinga kiri masih terpaling
Ditarik gelisah yang sebentar-sebentar seterang
Guruh

MAJU (Chairil Anwar)
Ini barisan tak bergenderang –berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api
Punah di atas menghamba
Binasa diatas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang

KARAWANG-BEKASI (Chairil Anwar)
Kami yang kini terbaring antara karawang-Bekasi
Tidak bisa teriak “merdeka” dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa meperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa
Kami Cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melyang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang-kenanglah kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti

Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara karawang-Bekasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar